Salam akhir ramadhan buat teman-teman. Setelah lama dibiar taman pena saya ini sunyi tanpa pengisian. Saya tertarik ingin berkongsi bagaimana peritnya hidup saudara kita di Somalia. Ianya kisah benar yang berlaku dalam kehidupan, ianya melibatkan kemanusiaan sejagat yang mana soal sensitiviti kita kepada saudara yang lebih memerlukan.

Alhamdulillah, di peringkat Mahasiswa, Persatuan Mahasiswa Islam Universiti Malaya dan Universiti Putra Malaysia (PMIUM & PMIUPM) telah melancarkan tabung kemanusiaan mahasiswa bagi mengutip sedikit sumbangan untuk saudara-saudara di Somalia.
Disini saya bawakan bagaimana peritnya kisah seorang ibu yang terpaksa memilih mana anaknya yang akan mati dahulu. Perit, namun itulah kebenaran hidup yang harus ditempuh oleh mereka.
Perjalanan para pengungsi Somalia menuju negara jiran untuk mencari sesuap makanan sehingga menghabiskan waktu berhari-hari. Dalam sesebuah perjalanan, seorang ibu tidak jarang terpaksa meninggalkan anak mereka yang tidak berdaya, demi kelangsungan hidup anak yang lainnya.
Kenyataan pahit ini harus dijalani oleh Wardo Mohamud Yusuf, seorang ibu berusia 29 tahun. Wardo telah berjalan selama dua minggu di tengah terik menuju perbatasan Kenya. Di tempat ini, dia berharap mendapatkan makanan dan minuman di tempat perkongsian yang disediakan negara jiran.
Wardo menggendong anak perempuannya yang berusia satu tahun di punggungnya, sementara anak lelakinya yang berusia empat tahun berjalan bersamanya. Dua minggu berjalan dengan makanan dan minuman yang amat minima.
Wardo memberikan sedikit minuman yang dia bawa di kepalanya kepada anak lelakinya. Namun, kerana tidak sedarkan diri, anak lelakinya itu tidak dapat meneguk air untuk menghilangkan dahaga. Wardo berteriak meminta tolong, keluarga dan kerabatnya tidak ada yang berhenti. Mereka tetap berjalan, mengkhawatirkan diri mereka sendiri.
Akhirnya, Wardo harus memilih. Sebuah pilihan yang ibu manapun pasti sulit melakukannya.
“Akhirnya, saya putuskan untuk meninggalkan dia, menitipkannya kepada Tuhan, di tengah jalan,” ujar Wardo ketika diwawancara di kamp pengungsi di Dadaab, Kenya, dilansir dari lamanDaily Mail, Jumat, 12 Agustus 2011.


Pengalaman serupa pernah dialami oleh Faduma Sakow Abdullahi, janda 29 tahun. Dia mengaku berjalan berhari-hari dari kampung menuju Dadaad bersama lima orang anaknya yang berusia 5, 4, 3, 2 dan seorang bayi yang baru dia lahirkan.
Tinggal sehari lagi sampai di kampung pengungsian, putra dan putrinya yang berusia 5 dan 4 tahun tidak bangun setelah istirehat sejenak di bawah pohon. Air yang dia bawa tinggal sedikit, Faduma mengaku tidak ingin menyia-nyiakan air yang bisa diberikan kepada anak-anaknya yang lain itu.
Dia harus memilih, memberikan air kepada anak-anaknya yang sekarat dan membiarkan bayinya kehausan, atau meninggalkan kedua anaknya di jalan dan memberikan air kepada anaknya yang lain. Akhirnya dia memilih untuk meninggalkan mereka berdua.
Baik Faduma maupun Wardo sedar betul apa yang mereka lakukan. Mereka mengaku selalu dihantui rasa bersalah yang teramat besar. Wardo mengatakan dia selalu terbayang putranya ketika melihat anak sebayanya bermain. Dr. John Kivelenge, ahli masalah kejiwaan di Dadaad mengatakan keputusan mereka adalah keputusan yang normal.
“Itu adalah reaksi normal di tengah situasi yang abnormal. Mereka tidak mungkin duduk dan menunggu lalu mati bersama-sama,” kata Kivelenge.
“Namun setelah beberapa bulan, mereka akan mengalami post-traumatic stress disorder. Mereka akan mendapatkan mimpi buruk dan kilas balik peristiwa tersebut,” lanjut Kivelenge lagi.
Menurut laporan pemerintah Amerika Serikat, kelaparan di Somalia telah menewaskan 29.000 anak-anak di bawah umur lima tahun dalam tiga bulan terakhir. Kelaparan antara lain disebabkan kemarau panjang, mahalnya harga pangan, dan konflik berkepanjangan.
Itu kisah dan cerita hidup mereka. Teramat perit kita sebagia manusia mendengarnya. Tapi itulah hakikat kehidupan yang harus di telan. Sebagai muslim, berdoalah semoga mereka mendapat kemudahan dan ringan-ringankahlah tangan untuk menghulurkan sumbangan kita pada mereka.
sahabat saya, Safwan Anang (Presiden PMIUM) n Syis Kadir (Exco Akademik & Intelektual)
sewaktu sidang media pelancaran tabung mahasiswa utk Somalia.
***
Rohayu Rusli
26 ramadhan.

0 comments:

WELCOME TO THIS SITE!